TEKNO, ARRAHMAH.CO.ID - Postingan berisi ancaman serius terkait maraknya game Pokemon GO beberapa waktu terakhir ternyata tak benar.
Postingan yang mengatasnamakan penulis Dr Tina Afiatin, MPsi (Dekan Fak Psikologi UGM) ternyata hoax.
Tina Afiatin telah mengklarifikasi bahwa bukan dirinya yang menulis postingan tersebut.
Berikut isi postingan yang menjadi viral di medsos :
Dirinya juga telah meminta teman-teman dan mahasiswa untuk menyebarluaskan klarifikasi ini melalui media sosial.
"Ini klarifikasi dr Ibu Tina Afiatin atas tulisan di atas yg mengatasnamakan beliau: Tina Afiatin: itu bukan tulisan saya, dan saya bukan dekan fakultas Psikologi UGM.Salam."
Oleh Ayi Muzayini M.E. Kosasih, Pesantrenpolitik.com disinyalir merupakan website pertama yang secara langsung memposting tulisan itu, yang secara gegabah di copy paste situs Nahimunkar.com.
Sementara itu secara terpisah, Dekan Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti, juga menyampaikan hal yang sama, bahwa informasi yang beredar itu HOAX, Senin (18/07/2016).
Menurutnya memang di Fakultas Psikologi ada dosen bernama Tina Afiatin. Namun tidak menjabat sebagai dekan dan tidak pernah menulis pesan tersebut.
"Memang nama tersebut merupakan dosen di Fakultas Psikologi UGM, tapi tidak pernah menulis soal itu," tegasnya.
Supra mengatakan, sejak pesan itu menyebar luas, Tina banyak mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari rekannya. Hal itu membuatnya merasa terganggu.
"WA-nya sampai dimatikan karena banyak yang bertanya," ucap Supra.
(Tribunnews/Detik/Ibnu Yaqzan)
Postingan yang mengatasnamakan penulis Dr Tina Afiatin, MPsi (Dekan Fak Psikologi UGM) ternyata hoax.
Tina Afiatin telah mengklarifikasi bahwa bukan dirinya yang menulis postingan tersebut.
Berikut isi postingan yang menjadi viral di medsos :
Dunia sedang booming injeksi "Pembodohan" bernama aplikasi game Pokemon GO (BLOK).Tanpa disadari kaum bilderberg semakin canggih membangun perangkat "intelijen" dalam bentuk game yang terbalut teknologi interconnecting geospasial (maps) bernama Pokemon GO (BLOK)Taukah anda mengapa saya sebut permainan ini adalah perangkat intelijen yang sengaja diciptakan untuk merekonsiliasi data citra fisik valid untuk memetakan setiap sudut wilayah negara-negara dimana para user mengaktifkannya.Dikala satelit yang digunakan oleh google earth dan google maps tak mampu menjangkau gambaran sempurna 3 dimensi dalam sebuah wilayah, maka mereka menggagas ide baru memanfaatkan kebodohan para gamers atau gadget maniac dalam menjalankan agenda maping intelijen NWO untuk memetakan sistem pertahanan dan unit-unit vital setiap negara lewat game yang mengkoneksikan fitur kamera, maps dan data celular.Coba bayangkan jika seluruh Pejabat, Tentara, Polisi, PNS dan masyarakat awam berbondong memainkan game Pokemon GO (BLOK) ini diwilayah kerja masing-masing..berapa banyak data valid bangunan fisik serta citra ruang yang harusnya bersifat rahasia bagi suatu pertahanan negara dapat diakses hanya karena kebodohan orang-orang itu yang seolah-olah diminta mencari binatang bernama Pokemon itu.Hal ini mengingatkan saya pada sebuah teknik operasi intelijen yang dijalankan USA melalui eksploitasi dan analisis pencitraan dan informasi geospasial dalam menggambarkan fitur fisik dan aktivitas secara geografis di bumi atau yang mereka sebut Geospatial Intelligence.Salah satu contoh pemanfaatan yang sangat jelas terlihat adalah pemanfaatan aplikasi geoweb seperti Google Earth dan Google Maps oleh pasukan Amerika Serikat dalam operasi penyergapan, penangkapan dan pembunuhan Osama bin Laden di rumah persembunyiannya pada tanggal 2 Mei 2011 yang lalu.Berkat Google Maps dan Google Earth, mereka dapat mengikuti perjalanan Bin Laden mulai dari Khartoum sampai Jalalabad sampai daerah terpencil dimana ia bersembunyi lalu menemui akhir hidupnya di pakistan.Jika hal itu baru menggunakan sistem google earth yang hanya mencitrakan bentuk datar dari atas satelit lalu bagaimana jika sistem itu semakin sempurna dengan metode yang tak diduga-diduga dapat mengumpulkan data fisik 3d faktual lewat sebuah aplikasi game.
Bayangkan jika para menteri-menteri, jenderal-jenderal, perwira-perwira tinggi Tentara/Polisi, DPR, serta seluruh perangkat pegawai negeri sipil ikut latah memainkan game tersebut akibat "booming trend" berapa banyak rahasia data citra fisik yang bisa didapatkan gratis oleh provider game yang telah bekerjasama dengan Institusi Intelijen Dunia itu.
Oleh karena itu jangan anggap remeh sebuah teknologi berkedok entertainment dan saya harap Presiden dapat memberikan warning kepada para perangkat negara untuk tidak memainkan game tersebut dan bahkan karena berpotensi sebagai ancaman bagi pertahanan dan keamanan negara maka game itu sah untuk dif bloking di Indonesia.
Dilansir Tribunnews, Dr Tina Afiatin sudah mengklarifikasi bahwa dirinya bukanlah yang menulis postingan tersebut dan bahwa dirinya bukanlah Dekan Fakultas Psikologi UGM.Mari asah terus daya nalar dan kesadaran..Teknologi pada satu sisi memang bermanfaat tapi jangan sampai anda dieksploitasi oleh Teknologi.Prof. Dr Tina Afiatin, MPsi, Dekan Fak Psikologi UGM
Dirinya juga telah meminta teman-teman dan mahasiswa untuk menyebarluaskan klarifikasi ini melalui media sosial.
"Ini klarifikasi dr Ibu Tina Afiatin atas tulisan di atas yg mengatasnamakan beliau: Tina Afiatin: itu bukan tulisan saya, dan saya bukan dekan fakultas Psikologi UGM.Salam."
Ancaman Serius dari Game Pokemon GO (BLOK) |
Sementara itu secara terpisah, Dekan Fakultas Psikologi UGM, Supra Wimbarti, juga menyampaikan hal yang sama, bahwa informasi yang beredar itu HOAX, Senin (18/07/2016).
Menurutnya memang di Fakultas Psikologi ada dosen bernama Tina Afiatin. Namun tidak menjabat sebagai dekan dan tidak pernah menulis pesan tersebut.
"Memang nama tersebut merupakan dosen di Fakultas Psikologi UGM, tapi tidak pernah menulis soal itu," tegasnya.
Supra mengatakan, sejak pesan itu menyebar luas, Tina banyak mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari rekannya. Hal itu membuatnya merasa terganggu.
"WA-nya sampai dimatikan karena banyak yang bertanya," ucap Supra.
(Tribunnews/Detik/Ibnu Yaqzan)
0 Comments: