Headlines
Loading...
Menyemai dan Menyebar Pemikiran Kiai Sahal Mahfudh Melalui HSN 2016

Menyemai dan Menyebar Pemikiran Kiai Sahal Mahfudh Melalui HSN 2016

Dialog dalam Pekan Kreatifitas Santri Nasional 2016 dengan tema "Fikih Sosial dari Pesantren untuk Bangsa".
Dialog dalam Pekan Kreatifitas Santri Nasional 2016 dengan tema "Fikih Sosial dari Pesantren untuk Bangsa".
PENDIDIKAN, NEWS.ARRAHMAH.CO.ID - 
Produk yang lahir dari pesantren dan kembali kepada pesantren selalu memberikan warna baru bagi pengembangan pesantren. KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh menggaungkan pemikiran dan menggerakkan Fikih Sosial. Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah bersama Fikih Sosial Institut (FISI) Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) menggelar dialog dalam Pekan Kreatifitas Santri Nasional 2016 dengan tema "Fikih Sosial dari Pesantren untuk Bangsa".

Bertempat di mini stage stand pameran hadir Jamal Ma'mur Asmani (koordinator departemen pendidikan dan kajian PW RMI NU Jateng sekaligus peneliti FISI) dan Neng Tutik Nurul Jannah (peneliti FISI IPMAFA) dan moderator Mukhamad Zulfa (pecinta pemikiran Kiai Sahal). Banyak pendapat-pendapat Kiai Sahal yang harus terus kita hidupkan dan terapkan.

Kiai-ulama uswatun hasanah para santri ini tak hanya  melakukan yang difikirkan belaka namun, menggerakkan agar menjadi terwujud. Neng Tutik yang selama 10 tahun terakhir hidup bersama Kiai Sahal sebagai menantu menyerap banyak ide dan gagasan yang dikerjakan Kiai Sahal.

"Kiai Sahal memiliki konsen dalam bidang pemberdayaan masyarakat melalui pesantren. Pesantren menurut beliau merupakan lembaga sekaligus sistem yang harus selalu bergerak," papar dosen IPMAFA ini.

Selain itu kita bisa menilik konsentrasi Kiai Sahal dalam tiga bidang; pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Hal ini bisa kita lihat dengan hadirnya pesantren Maslakul Huda, Rumah Sakit Islam Pati dan Bank Perkreditan Rakyat Artha Huda Pati.

Jamal menambahkan bahwa Kiai Sahal telah melakukan banyak lompatan-lompatan pemikiran pada zamannya. Bahwa kitab kuning tetap relevan sepanjang masa dan tempat. Tidak hanya itu, kitab kuning mampu menjawab tantangan zaman.

Terdapat lima ciri-ciri Fikih Sosial yang harus terus kita pelajari dan kembangkan dimasa yang akan datang. Selain itu, Kiai Sahal tak mendikotomikan kehidupan dunia dan akhirat, keduanya saling menguatkan. Hal inilah yang harus terus kita pupuk untuk menguatkan pemikiran-pemikiran agar tetap bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Kontributor: Zulfa
Editor: Cep Suryana

0 Comments: