Headlines
Loading...
Satu Abad Qudsiyyah, KH. Miftah Faqih: Karakter Pesantren Mandiri dan Tempat Lahirnya Orang-orang Hebat

Satu Abad Qudsiyyah, KH. Miftah Faqih: Karakter Pesantren Mandiri dan Tempat Lahirnya Orang-orang Hebat

Pendidikan Islam, Arrahmah.co.id - Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) KH Miftah Faqih menabuh beduk sebagai pembuka acara puncak peringatan satu abad Qudsiyyah di Lapangan Qudsiyyah Jl KHR Asnawi Kudus, Senin (1/8) pagi. Didampingi pengurus Qudsiyah dan Camat Kota H Khalid Seif, Kiai Miftah mengapresiasi acara yang bertema membumikan Gusjigang untuk kemandirian bangsa.

Pada kesempatan itu KH Miftah mengatakan, pesantren memiliki tujuan mendidik santri dan menyiapkan generasi penerus yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Santri hadir sebagai saksi, bukan penonton sehingga ia harus terlibat di dalamnya.

“Pertanyaannya kemudian, apakah kita atau para kiai benar-benar masih konsisten sebagai fungsi dasar menjadi saksi masyarakat atau jadi penonton bagi masyarakat. Bila sudah tidak konsisten, kita  tidak usah heran, manakala kita sudah menjadi menara gading tetapi masyarakat sekitarnya terlihat sangat bobrok akhlaknya,"ujarnya.

Kiai Miftah menegaskan program kemandirian merupakan salah satu titik kunci dunia pesantren. Karena pesantren watak dasarnya independen ataupun otonom yang mampu menjadi dirinya sendiri tanpa harus dipaksa pihak lain.

"Pesantren itu selalu menggembleng betul sebagai tempat riyadhatun nafsi untuk menggali, mengkaji, melatih menjadi obat hebat," tegasnya.

Pengurus Yayasan Pendidikan Islam Qudsiyyah (Yapiq) KH Noor Halim mengatakan madrasah yang didirikan KHR Asnawi 100 tahun lalu akan selalu mempertahankan pengajaran kitab-kitab salaf.  Kendati begitu, pihaknya juga mengembangkan pelajaran umum sepeti IPA, Biologi, dan eksak merupakan upaya menyempurnakan perjuangan KHR Asnawi untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kemaslahatan dunia dan akhirat.

"Keragaman ilmu umum tidak akan mengurangi porsi pelajaran kutubus salafiyah. Hafalan kitab alfiyah dan lainnya akan tetap ada," tegasnya.

Sementara Ketua Panitia Satu Abad H Ihsan menjelaskan, peringatan satu abad Qudsiyyah sudah dimulai sejak satu tahun lalu. Mulai bakti sosial, seminar, bedah buku dan road show daurah pengajian di berbagai daerah.

“Khusus pengajian sudah terlaksana 16 kali di kecamatan se-Kudus, 2 kali Jepara, kemudian di Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Bogor. Alhamdulillah semuanya berjalana lancar," katanya.

Ihsan menambahkan, puncak acara satu abad Qudsiyyah yang dilaksanakan 1-7 Agustus ini telah disiapkaan 21 kegiatan antara lain lomba-lomba, pementasan seni dan halaqoh santri. Gus Mus dan Emha Ainun Najib (Cak Nun) bersama kiai kanjeng juga dijadwalkan mengisi acara yang bertema membumikan Gusjigang untuk kemandirian bangsa ini.

"Kami menghadirkan Cak Nun (3/8) secara khusus untuk mendaulat shalawat Asnawiyah karya KHR Asnawi menjadi sholawat kebangsaan. Sehingga shalawat Asnawiyah tidak hanya milik warga Kudus tetapi menjadi shalawat kebangsaan," imbuhnya.

Hadir dalam pembukaan puncak acara satu abad Qudsiyah Kepala Kemenag Kudus H Hambali, jajaran pengurus Qudsiyyah, tamu undangan dan ratusan siswa madrasah setempat. (Qomarul Adib/Ibn Yaqzan)

0 Comments: